***
Perlu diketahui bahwa seluruh karakter yang terdapat dalam alur cerita pada karya ini merupakan fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan realitas (dunia nyata). Bila ditemukan kemiripan, baik itu tempat, nama, ataupun detail mengenai aspek lainnya, mohon jangan langsung berasumsi buruk. Tanyakanlah dulu kepada karakter, maupun IDRIS selaku sang penulis, karena semua ini murni buah imajinasinya.
Penulis dan karakter sangat terbuka untuk kolaborasi penulisan dan membangun relasi, dengan syarat tetap selaras dengan karakter serta alur cerita yang telah dikembangkan. Sementara itu, penggunaan nama karakter dalam tulisan lain tanpa adanya izin dari karakter maupun penulis adalah tindakan yang sangat DILARANG.
Diharapkan pada khalayak sekalian untuk bersikap bijaksana sebelum terlibat dalam interaksi bersama karakter, mengingat sebagian konten akan bersifat dewasa dan tidak layak untuk konsumsi, oleh individu di bawah umur.
INTRODUKSI
Di balik namanya, tersimpan pesona yang tak mudah ditebak. Senyumnya nampak begitu ramah, meski dua netra teduh itu menatap kelam—penuh rahasia dengan tujuan yang tak terduga. Terdapat jejak petualang penuh kebijaksanaan dalam tiap tutur kata yang keluar melalui bilah bibirnya. Tak lupa dengan hadirnya yang senantiasa meninggalkan kesan mendalam dan penuh tanda tanya.
PROFIL | |
---|---|
Nama | Geraldy Handaru |
Panggilan | Gery, Hans |
Tanggal Lahir | 16 Juli 1988 |
Tempat Lahir | Batam |
Golongan Darah | A |
Tinggi / Berat Badan | 190cm / 71kg |
Orientasi Sexual | Heteroseksual |
Kewarganegaraan | Indonesia |
Pekerjaan | Financial Planner & CEO of TN Capital |
Cincin perak di jari, luka menganga di hati.
Di dalam ruangan salah satu gedung pencakar langit Kota Metropolitan Jakarta, Geraldy Handaru sedang sibuk berjibaku dengan berbagai laporan keuangan perusahaan. Sebagai seorang Financial Planner dan expert dalam bidangnya, perihal cara nya bekerja tak perlu diragukan lagi, ketajaman analisisnya dan ketegasannya dalam mengambil keputusan—ia begitu dihormati sekaligus ditakuti. Dengan jas hitam dan tampilan yang hampir sempurna, mencerminkan kendali dan prinsip yang kini sedang ia pegang teguh. Namun di balik sorot mata tajam itu, tersimpan luka lama yang tak pernah benar-benar pulih.
Lima tahun berlalu, pernikahannya yang semula dipenuhi gelak tawa dan rencana masa depan remuk berantakan. Ditemani secangkir kopi pahit dan dokumen perceraian diatas meja kerja nya. Geraldy menemukan kebenaran pahit: sang istri Irene Lovanka, wanita yang pernah ia cinta dan percayai dengan segenap jiwa, telah lama berselingkuh. Pengkhianatan itu bukan hanya meruntuhkan mahligai rumah tangga, tapi juga keyakinannya pada cinta. Yang tersisa dari kisah pernikahannya hanyalah hak asuh mutlak atas sang putri—Elodie Gabrielle, yang pada saat itu baru menginjak usia tiga tahun.
Kini, Elodie—sang putri merupakan poros dunia Geraldy. Di balik sikap wibawa sang teruna yang tegas dan kadang keras, ada sosok seorang Ayah yang lembut dan penuh cinta. Pada pagi hari ia rela bangun di pagi buta untuk menyiapkan sarapan sang putri tercinta, sekalipun jadwal nya begitu padat. Juga di malam hari, ia rela buru-buru pulang menembus kemacetan Ibu kota demi kembali menikmati waktu berharga nya dengan Elodie. Bagi Geraldy kasih sayangnya pada sang putri merupakan benteng pertahanan terakhir kehancuran emosionalnya. "Ayah selalu ada disampingmu, sayang," bisiknya setiap kali menidurkan sang putri, sebuah kalimat yang menjadi mantra sekaligus janji pada dirinya sendiri.
Namun, trauma pengkhianatan telah mengubahnya. Seorang Geraldy memilih menjadi angin yang bergerak kesana kemari dan enggan terikat. Percaya pada hubungan jangka panjang? Itu adalah gagasan usang dan omong kosong baginya. Di malam-malam sepi ia isi kekosongannya dengan wanita-wanita yang ia temui di bar dan lounge hotel mewah atau acara charity. Cinta satu malam menjadi mekanisme pelariannya—transaksi jasmaniah tanpa embel-embel janji atau keintiman emosional. Bahkan kepada semua pasangan satu malam nya ia berucap jujur tentang keengganannya tuk berkomitmen, menjadikan sifat "brengsek"-nya itu sebagai perisai. "Aku bukan lelaki baik untuk dicintai," ucap bilah bibirnya di suatu malam pada salah satu wanita yang menemani malam panas-nya sebelum mereka berpisah saat fajar menyingsing, tanpa rasa sesal, hanya kebiasaan.
Pada hari berikutnya Geraldy kembali berubah menjadi sosok yang berbeda. Setelah habiskan waktunya bercinta dengan wanita asing kemarin, hari ini saja contohnya ia tlah duduk di meja makan bersama Elodie—sang buah hati. Dengan tatapan hangat penuh perhatian juga cinta yang berlimpah. Tak bosan ia dengarkan tiap celoteh lucu sang putri, yang direspon berupa tawa renyah nan tulus. Tanggung jawabnya pada keluarga, pada Elodie—utamanya adalah suatu kode etik yang tak akan pernah ia langgar. Geraldy akan selalu bersikap sempurna diluaran sana, menghormati orang tua, menjadi Ayah yang sempurna, menjadi pria penuh ambisi dan pencapaian serta menjalankan kewajiban sosialnya tanpa cacat.
Multilitas sang teruna merupakan medan perang yang sunyi. Di satu sisi, ia-lah eksekutif brilian dengan karir yang mumpuni, juga sosok Ayah penyayang yang siap memberikan seluruh dunianya pada sang permata hati. Namun di sisi lainnya, ia hanyalah pria penuh luka yang dengan sengaja membangun tembok tinggi di sekeliling hatinya untuk menghindari bencana yang disebut cinta dengan sengaja melalui berbagai petualangan nakal penuh gairah tanpa arti. Setiap senyum tulus yang diberikannya pada Elodie—adalah bukti kapasitasnya untuk mencinta, dan setiap pintu kamar yang ia tutup pada waktu tertentu setelah lampiaskan nafsu penuh gairah merupakan pengingat akan ketakutannya untuk dikecewakan sekali lagi.
Masa depannya? Sepertinya ia tak mempedulikannya. Terpenting untuknya kini adalah sang putri, dunianya—Elodie yang bahagia dan senantiasa terlindungi. Lalu, bagaimana dengan dirinya sendiri? Mungkin hanya sebagai bayangan, mencari kenyamanan sementara dari pelarian yang ia ketahui takkan pernah mengisi celah kekosongan yang ditinggalkan sang mantan istri beserta puing-puing kehancurannya. Apakah peluru pengkhianatan dari masa lampau akan selamanya membuat ia menjadi seorang tawanan atau adakah sosok bak malaikat yang bisa menembus tembok tinggi yang ia bangun begitu kokoh dan menariknya dari dasar jurang, itu? Hanya Tuhan dan waktu yang akan menjawab, sementara itu Geraldy terus berjalan di antara dua dunia; dunia dengan tanggung jawab yang begitu dijunjung tinggi, serta dunia yang bebas tanpa sebuah ikatan cinta yang ia ciptakan sebagai perisai diri.
TULISAN DAN KONTEN DALAM AKUN INI MENGANDUNG PERINGATAN
NSFW (Not Safe For Work), triggering: traumatic, harsh words, violence, angst, hurt, infidelity, nudity, explicit sex scene, prostitution, alcohol, drugs, etc