KATING ANEH: TIGA PULUH SEMBILAN.
️️ ️️
️️ ️️
"Lah?"

Dera agak kaget sekaligus heran. Yang nyambut indra penglihatan dia pertama kali masuk ke dalam kamar Tian adalah sosok Jean yang lagi duduk di tepi ranjang. Meanwhile, Tian cekikikan karena jadi saksi mata atas ekspresi Dera yang menurutnya kocak.

"Anjir, ngapa lu ketawa?" sungut Dera kepada Tian, sebelum posisiin dirinya sendiri untuk ambil spasi di atas karpet, duduk tenang di sana.

"Hai, Der. Salken."

"Iya, Bang. Salken."

"Najis salken," cecar Tian di sela konversasi Dera dan Jean, sebelum dia langsung alihin isu tanpa ba-bi-bu, "oke, guys, langsung mulai aja rapatnya gimana?"

"Hah, rapat apaan?" Dera clueless total, dia makin lama makin bingung sama presensinya sendiri di ruangan ini. Why am I here, begitulah kira-kira isi benaknya.

"Jadi, Der ... gua sama Jean mau ciduk Kak Malik. Kita butuh bantuan lu, tapi gua juga belum tau rencananya─gimana, Je?"

Diajuin tanya kayak begitu, Jean refleks berdeham pelan, tampangnya lamat-lamat disesaki raut serius.

"Rencananya simpel. Nanti gua sama Tian yang bagian ciduk, meanwhile lu, Der, lu harus bantu kita buat dapet informasi si Malik lagi ada di mana. Lu 'kan bisa hack e-mail, nah, sekarang lu cuma perlu hack e-mail lagi buat nge-track dia."

Mikir keras, Dera bungkam dulu, sambil garuk-garuk dagu. Tian, sih, cuma bagian nyimak mereka berdua aja, secara dia nggak begitu paham soal yang beginian.

"Ya ... well, emang bisa kayak gitu. Tapi lu yakin, ini bakal aman? Waktu itu gua masuk ke e-mail dia emang lagi beruntung banget, nggak ada authentication-nya, jadi bisa langsung masuk. Cuma gua nggak yakin bakal bisa gitu lagi kalau sekarang."

"Ya, kalau lu log in pakai browser yang sama, dari device yang sama, harusnya nggak akan ada authentication lagi. Iya nggak, Der?"

Dera mikir lagi, otaknya lagi berusaha keras untuk sortir segala kemungkinan buruk yang bakalan terjadi. Soalnya bakalan bahaya banget kalau sampai Malik ngeh e-mail-nya lagi diutak-atik, apa lagi kalau sampai ada notifikasi untuk authentication. Itu bisa jadi alat bukti kalau ada yang berusaha masuk ke dalam e-mail-nya.

"Oke, oke. Gua coba bantu," pada akhirnya, Dera mutusin kayak gitu. Nggak ada salahnya juga untuk coba sekali, seenggaknya usaha dulu.

"Yes! Thanks, Der."

"Thanks, Der. Ututututu," Tian udah ngerangkul sohibnya yang mau aja direpotin untuk kesekian kalinya, langsung dibalas dengan tampolan karena Dera ngerasa Tian cringe banget.

"Stop, anjrit! Tapi gua coba sekali aja, ya. Kalau pas masuk kudu authentication, gua nggak akan lanjut."

Jean paham syarat dan ketentuannya, jadilah dia ngangguk setuju, "Iya, Der."

"Lagian ngapain, sih, mau ngeciduk Malik? Lu pada 'kan udah bahagia, nih, udah aja ikhlasin si Malik."

"Gua mah udah ikhlas, tapi tau tuh, si Jean."

Jean ketawa, dia gemes banget begitu lihat Tian jawab pertanyaan Dera sambil manyun-manyun. Spontan, dia dekatin wajahnya supaya bisa nyamperin pipi Tian, dibiarin sebuah kecupan singgah di sana. They did that in front of Dera's salad, bikin cowok itu jadi geli setengah mampus atas apa yang jadi tontonannya barusan.

"Anjing, woy. Gua masih ada di sini!"

"Hahahaha, sorry, Der. Kelepasan," Jean nggak ngerasa bersalah sama sekali, tapi basa-basi aja ngomong gitu. Dera cuma geleng-geleng kepala, pusing sendiri sama kelakuan dua sejoli di hadapannya.

"Gua mau ciduk Malik soalnya dia brengsek banget. I mean, nggak cuma selingkuh, dia bahkan play victim juga. Orang kayak gitu bisa makin jadi kalau nggak dikasih pelajaran, Der."

Dera sebetulnya sepaham sama Jean, dia setuju kalau Malik memang harus dikasih pelajaran, tapi dia nggak nyangka kalau kakak tingkatnya itu senekat dan seberani itu. Meskipun Dera ngebantu secara langsung dalam hal temuin fakta kalau Malik jadiin Tian selingkuhan, dia masih bernyali kecil dan pengen hidup tenang, jadilah dia nggak mau bertindak banyak soal itu.

"Ya, oke," tanggapan itu akhirnya melesat dari bibir Dera, sambil dia ngangguk, "jadi lu butuh gua nge-track Malik kapan, Bang?"

"Besok aja. Gua ada kelas bareng Malik, kelarnya jam tiga. Gua bakal ikutin dia dulu pas kelar kelas, kalau dia langsung cabut dari kampus, gua langsung kasih tau lu buat nge-track."

"Oke, paham."

Ngerasa briefing ke Dera udah tuntas, Jean noleh lagi ke samping untuk bagi atensi ke gebetannya, "Lu besok ada kelas, Ti?"

"Ada, kelar jam tiga juga."

"Nah, pas. Lu ikut gua, ya. Nanti lu yang chat Dera."

"Iya, Je."

"Good boy, cium nggak?"

Sumpah demi apapun, Dera mau nimpuk sepasang manusia yang lagi ada di depan matanya. Mereka jelas-jelas sadar kalau Dera ada di situ, masih nyimak mereka dengan saksama, tapi malah bahas cium-ciuman. Nggak paham kondisi atau nggak bisa tahan birahi?

"Mau, biar si Dera kayak cacing kepanasan."

"Jancok lu!"

Edit
Pub: 22 Feb 2022 06:45 UTC
Views: 3220