KATING ANEH: TIGA PULUH EMPAT.
️️ ️️
️️ ️️
"Thanks, guys, untuk kerja kerasnya selama sebulan setengah ini. Puji syukur, acara kita lancar, sukses, dan pecah. Kalian semua keren!"

"Woohoo!"

Enam puluh orang panitia FEB Cup udah berkumpul, raut mereka setengah sumringah dan setengah lelah. Acara baru selesai sekitar tiga puluh menit yang lalu, dan betul kata Cakra, semuanya berjalan lancar.

"Pokoknya sekarang, kita beres-beresin dulu dikit. Besok kita ngumpul lagi buat eval, ya. Mangat, yuk bisa yuk, rapiin yuk!"

Kerumunan bubar jalan, Tian juga udah berpencar. Dia bantu pungutin beberapa sampah kering yang tergeletak di sekitar panggung, seenggaknya sampai ada yang pegang lengan dia, bikin kegiatannya mau nggak mau terjeda.

"Ti."

Itu Malik.

Tian kaget, sekaligus panik. Dia belum siap sama kejutan semacam ini. Udah mati-matian ngehindar supaya nggak ngobrol, eh, malah mantannya itu yang nyapa duluan.

"Ya?"

"Ngobrol sebentar boleh nggak?"

Nggak langsung jawab, Tian mengerjap beberapa kali. Benaknya lagi dipaksa mikirin keputusan, haruskah dia iyain ajakan ngobrol itu atau nggak? Well, dia akhirnya memilih untuk ngangguk. Barangkali aja yang mau dibahas adalah perkara penting.

"Oke, agak minggir aja, ya. Biar nggak terlalu rame."

Karena udah terlanjur setuju, Tian cuma bisa manut aja. Dia ikutin jejak kaki Malik, ke manapun cowok itu giring dia. Nggak jauh ternyata, cuma beberapa jarak dari venue, pastinya lebih hening dan kondusif.

"Ti," Malik arahin seluruh atensinya ke adik tingkat sekaligus mantannya itu, natap lekat-lekat, "aku mau balikan."

What? Tian melongo, dia kaget bukan main. Bukan kaget tanda bahagia, tapi tanda nggak habis pikir sama sosok yang ada di hadapannya. Tian udah susah setengah mampus kerahin semua upaya buat putusin Malik, tapi cowok itu malah ngajak balikan.

Respon yang nihil dari lawan bicara lantas dorong Malik untuk lanjutin tuturannya. Diraih kedua tangan Tian, digenggamnya erat-erat, sambil dielus lembut bagian punggungnya.

"Ti ... aku nggak bisa, Ti. Tiga hari tanpa kamu bikin aku pusing, serius. Aku terus-terusan nyalahin diri aku sendiri karena nggak bisa jaga kamu. Maafin aku, Ti, I was wrong."

"Kak ...," sehela napas dicampak dulu, sebelum Tian kasih tanggapan, "aku nggak mau, kita cukupin aja hubungan kita sampai kemaren, please."

Penolakan itu bikin Malik denial seratus persen. Dia spontan eratin genggamannya pada jari-jemari Tian, bikin pemiliknya jadi risih.

"Ti, please. Aku nggak mau pisah sama kamu, Ti. Nggak mau."

Malik gelengin kepala, air mukanya udah penuh sama melas. Bahkan, dia sempat agih sebuah kecupan pada punggung tangan Tian. Yang dikecup jelas makin kaget dan makin risih, dia coba buat narik tangannya supaya bisa lepas dari belenggu itu, tapi gagal.

"Kak, stop it, aku nggak mau. Lepasin, Kak."

"Nggak, Ti! Kamu harus balikan sama aku! I've been going crazy ever since kamu nggak sama aku, Ti."

You're crazy indeed, fuck, Tian komentar dalam hati. Dia nggak mau denger apapun yang melesat dari bibir Malik, dia lebih milih untuk fokus bebasin kedua tangannya─yang sialnya, malah kian direngkuh erat, hampir kayak diremas.

"Kak Malik, stop! Lepasin!"

"Nggak mau sampe kamu mau balikan sama aku!"

"Kak, please, stop!!!"

"WOY! Lepasin nggak lu?!"

Tian dan Malik refleks noleh. Ternyata, Jean yang nyahut kayak gitu. Dia udah nyamperin kedua insan yang lagi berseteru.

"Lu ngapain, Lik? Anaknya udah minta dilepasin, jangan maksa."

Bukannya nurut, Malik malah ketawa sarkas. Pikirnya, ini lucu. Berasa lagi main sebuah adegan di sinetron.

"Lu yang ngapain, dongo? Sok mau jadi pahlawan? Ngentot, predator doang banyak bacot."

BUGH!

Emosi Jean kepancing sekarang, dia mulai kesel lihat polah Malik yang sengak dan sok-sokan. Jadilah, tangannya yang udah mengepal gatel banget pengen nonjok bagian rahang cowok itu dan langsung direalisasiin tanpa ba-bi-bu. Thanks to that, genggaman Malik di kedua tangan Tian ikut lepas juga. Tian spontan mundur beberapa langkah untuk jaga jarak dari mantannya yang saat ini kelihatan agak-agak nggak waras.

Ngomong-ngomong, Malik punya satu kekurangan: nggak jago adu jotos. Dia udah pernah coba buat gebukin orang, yang waktu itu mau copet dia, tapi malah gagal. Untungnya, dia nggak babak belur. Sadar kalau nggak bisa berantem, dia akhirnya milih untuk lanjut ngedrama aja.

"Ti," Malik lamat-lamat kikis spasi antara dia dan Tian, sambil natap dalam-dalam cowok itu, "what is this, kamu ada hubungan sama ini orang?"

"Kita baru putus kemaren, loh, Ti ... kamu udah sama orang baru aja? Kamu tega banget sama aku─"

"Iya, Kak!"

Nggak impulsif, Tian memang punya niat untuk ngebantah dan langsung kasih klarifikasi palsu supaya Malik bisa mingkem.

"Iya, aku sama Jean sekarang. Jadi, please, Kakak berhenti ngejar aku, ya? Aku risih."

Jean melongo, dia noleh ke arah samping. Maniknya yang udah diisi sama sirat keterkejutan terpaku ke Tian, mandangin cowok itu dengan beribu tanda tanya. Sementara itu, Tian masih lihatin Malik, sambil berdoa dalam hati semoga Jean berkenan ikut alur permainannya.

"What the fuck, Ti ...," Malik udah nggak bisa bicara banyak, dia kena mental. Kepalanya geleng nggak percaya, sebelum ambil ancang-ancang untuk cabut dari situ.

"Anjing emang. Ya udahlah, be happy sama si predator."

Jean berusaha tahan emosi semampunya, jangan sampai satu tinjuan mampir ke muka Malik lagi. Lagian, setelah ngomong gitu, Malik langsung berlalu gitu aja, ninggalin Jean dan Tian berdua.

Sekian jemang belum ada yang buka percakapan, Tian akhirnya sedikit dongak buat arahin tatapan ke Jean, yang langsung dibalas dengan tatapan serupa. Berdeham sebentar, Tian akhirnya buka suara, nggak mau bertahan dalam situasi canggung.

"Makasih, ya ... dan maaf juga tadi harus made things up supaya dia bisa percaya."

"Understandable," Jean mutusin untuk balas seadanya, diikuti sebuah anggukan samar, sebelum dia lekas-lekas tutup konversasi, "ya udah, gua duluan, ya."

"Iya."

And that's all. Nggak ada sesuatu yang berarti. Jean balik kerjain beberapa hal yang sebelumnya sempat tertunda, sedangkan Tian pamit pulang duluan ke anggota yang lainnya karena udah nggak ada kepentingan.

Edit
Pub: 19 Feb 2022 08:28 UTC
Edit: 19 Feb 2022 17:50 UTC
Views: 4640