KATING ANEH: DELAPAN.
️️ ️️
️️ ️️
Tian udah balik ke kosannya. Langsung rebahan, terlanjur males buat mandi atau bersih-bersih dulu. Kedua matanya terpaku ke langit-langit ruangannya, pandangannya kosong, kayak orang lagi banyak pikiran.

He indeed does, banyak banget hal-hal yang lagi dipikirin. Salah satunya, keputusan dia beberapa waktu lalu untuk balas dendam ke Jean dengan cara yang nggak senonoh.

Di satu sisi, nggak ada penyesalan yang Tian rasain. Dia ngerasa itu worth it untuk dilakuin, seenggaknya dia udah bisa ngasih pelajaran ke kakak tingkatnya yang suka bertingkah seenaknya ke orang lain dan minim sopan santun itu. Tapi, di sisi lain, Tian ngerasa jelek. Otaknya tiba-tiba narik dia ke kenangan masa lalu, waktu-waktu di mana dia dengan gampangnya buka kaki untuk orang lain.

Ya, Tian pernah ada di masa itu. Sekitar satu tahun lalu, tepat pas baru lulus SMA, dia pernah menjajakan dirinya sendiri untuk dapat pundi-pundi uang. It was dumb of him, tapi karena keputusannya itu, dia tahu seberapa gelapnya dunia yang lagi dia singgahi ini.

Memang pada mulanya, dia sempat ngerasa enak dan nyaman. Kerjaannya nggak susah, dia cuma harus ngangkang atau nungging, habis itu ngebiarin orang-orang yang butuh pelampiasan hasrat gempur dia sampai puas. Bayarannya juga lumayan, ya, setimpal.

Secara finansial, Tian nggak bisa dibilang nggak mampu. Pascaorang tuanya cerai, dia tinggal sama mamanya yang selalu dukung dia soal uang, tiap bulan pasti ditransfer ke rekeningnya.

Terus kenapa dia mau segala ngelonte? Pertama, penasaran. Kedua, dia nggak mau banyak bergantung dan berutang budi sama mamanya. Ketiga, dia mau cari sesuatu yang bisa penuhin rongga kosong di dalam hatinya, sebuah distraksi.

It was all fun until one day, he realized that things were getting exhausting for him. Dia mulai jenuh ngangkang sana-sini, udah nggak tertarik sama ngewe dan segala jenisnya. Toh, ternyata dia nggak ngerasa hatinya diisi juga sama hal-hal yang kayak gitu. Orang-orang pakai dia cuma buat sarana buang peju. Kalau udah selesai? Ya, pergi.

Setelah dia ngerasa itu bukan jalan yang mesti dia lanjutin, Tian nggak pernah buka kakinya sama sekali. Dia mau tulis lembaran hidupnya yang baru dengan hal-hal yang lebih baik dan berfaedah. Jangankan ngewe, digodainpun dia nggak mau. Beberapa orang masih ada yang suka chat dia, nggak tahu dari mana, dan tiba-tiba godain dia dengan cara minta pap atau ngajakin ngewe.

Salah satunya, Jean. Itulah kenapa Tian ilfeel banget sama cowok itu, terlebih dengan fakta kalau dia adalah kakak tingkatnya sendiri. Terserah kalau Jean memang niatnya cuma bercanda, that's just not it. Harusnya dia sadar kalau nggak semua orang bisa masuk ke jenis candaan semacam itu, apa lagi mereka baru kenal.

Tapi, kenyataan yang baru aja Tian alami dan lakuin kayak nampar dirinya sendiri. Berasa lagi ingkar janji, meskipun memang pada akhirnya nggak terealisasi.

Tian campakin napas berat-berat, berusaha keluarin beban yang tiba-tiba menjalar di pundaknya. Dari tadi, dia coba kasih validasi ke dirinya sendiri. Lu nggak murahan, lu nggak balik ke masa kelam, lu cuma mau kasih pelajaran, itu yang menggaung-gaung di dalam hati.

Edit
Pub: 09 Feb 2022 04:51 UTC
Edit: 09 Feb 2022 04:58 UTC
Views: 4140