KATING ANEH: SEMBILAN.
️️ ️️
️️ ️️
Rapat pleno pertama FEB Cup dilaksanain hari ini. Semua anggota─kecuali yang absen─udah ngumpul dan pasang muka serius, nyimak siapapun yang lagi ngomong untuk paparin progres divisi masing-masing.

Jean adalah salah satu yang absen. Ngakunya, dia ada acara keluarga yang penting dan genting, nggak bisa ditinggalin. Tapi mana pernah, sih, keluarga Jean punya acara? Itu akal-akalan doang, dia masih belum pengen berpapasan sama Tian. Lagi mau susun ulang pertahanan hati, pikiran, dan selangkangan dia─soalnya dia masih beberapa kali kebayang kejadian waktu itu.

But anyway, rapat pleno malam itu berlangsung lancar. Lumayan nyita waktu, sekitar tiga jam. Pas udah kelar, Cakra bubarin kerumunan manusia itu. Tian juga udah mau ambil ancang-ancang untuk pulang, sebelum ...

"Ti!"

Ada yang manggil. Refleks, Tian noleh untuk ngecek siapa yang manggil dia. Ternyata Yudha, cowok itu udah nyamperin dia.

"Iya, Bang?"

Yudha pasang senyum ramah-tamah, "Gua mau ngomong bentar, bisa nggak?"

Tian bingung sebetulnya. Ada apa, nih, Yudha tiba-tiba ngajak ngobrol secara personal? Tapi nggak mungkin nolak juga, 'kan, akhirnya diiyain aja dengan nganggukin kepala.

"Bisa, Bang."

"Oke, di situ aja kali, ya," Yudha nunjuk salah satu bangku di taman kampus yang sepi penghuni, "biar nggak begitu rame."

"Oh iya, Bang."

Kedua cowok itu melipir dari anggota-anggota FEB Cup yang lain, jalan gesit ke bangku yang kosong. Mereka duduk tanpa basa-basi, saling ngadep supaya gampang ngobrolnya.

"Gimana, Bang?"

"Jadi gini, Ti ... ini sebenernya agak personal, ya, tapi gua mau ngingetin aja sih. Gua tau lu sama Jean nggak ada di good terms karena Jean emang kampret banget. I'm so sorry for that as well mengingat Jean temen gua."

Yudha narik napas dulu bentar, "Tapi berhubung Jean itu anak FEB Cup juga, gua berharap lu jangan musuhin dia ya. Nggak mesti yang temenan atau gimana, tapi seenggaknya jangan perang dingin. Gua nggak mau aja suasananya jadi nggak enak, gua mau kita semua sama-sama nyaman, apa lagi kita mesti kerja bareng sampai kurang lebih sebulan lagi."

Tian diem aja, dia nyimak. Gimanapun juga, Yudha itu salah satu kakak tingkatnya yang dia respect, jadi dia nggak bisa asal bantah atau ngelawan.

"Gua cuma mau anak-anak FEB Cup jangan ada yang selek, biar enak aja gitu. Lu paham maksud gua 'kan, Ti?"

"Paham, Bang."

Denger respon dari Tian, Yudha kembali ngulum senyum. Dia ngasih tepukan ringan di pundak Tian.

"Thanks for understanding, Ti."

"Iya, Bang. Cuma gini sebenernya," Tian berdeham bentar, sambil mikir kalimat yang pas.

"Gua nggak ada niat untuk musuhin yang gimana banget, tapi gua nggak mau banyak berurusan sama dia. Of course, kalau soal kerjaan, gua akan bersikap profesional, tapi gua nggak mau lebih dari itu. Ada boundaries yang udah gua tentuin, Bang ... supaya gua nyaman juga."

Yudha, sebagai orang yang paham permasalahan dan bisa lihat dari dua perspektif, ngangguk paham. Dia ngerti kalau ada keengganan di hati Tian buat berteman lebih jauh dengan Jean. Well ... kalau udah begini, susah jadinya. Seenggaknya, Yudha udah lakuin bagiannya, dia udah berusaha ngomong ke Tian daripada nggak bantuin sohibnya yang satu itu sama sekali.

"Iya, iya, paham gua. Gapapa kok, Ti, you know your boundaries very well. Gua cuma mau ngingetin aja."

"Iya, Bang. Makasih ya."

"Yoi," nyengir pelan, Yudha akhirnya bangkit dari posisinya, "ya udah, Ti, gitu aje sih. Thanks, ya, tiati di jalan kalau mau pulang."

Tian ikut senyum, dia bangkit juga dari duduknya.

"Siap, Bang. Tiati juga."

Edit
Pub: 09 Feb 2022 09:35 UTC
Edit: 09 Feb 2022 09:38 UTC
Views: 2765