KATING ANEH: ENAM BELAS.
️️ ️️
️️ ️️
Lampu sorot berkeliaran. Ruangan ini terbuka, tapi sesak manusia. Venue ini beneran penuh, peminat Pamungkas dan karya-karyanya ada banyak. Konser udah mulai dari sekitar sejam yang lalu, beberapa lagu udah dinyanyiin. Antusiasme bertebaran di mana-mana, penonton nggak cuma diem waktu lagu diputer, tapi ikut nyanyi sambil angkat tangan.

Sekarang, lagi To The Bone. Lagu kesukaan Jean, dia nggak bisa nggak semangat kalau nyanyiin lagu ini. Recent playing di aplikasi musik punya dia pasti lagu ini doang dari waktu ke waktu.

"AAAAA, TO THE BONE!!!"

Tian juga nggak kalah semangat. Siapa, sih, pecinta Pamungkas yang nggak suka lagu ini? Nggak cuma pecinta Pamungkas, lagu ini adalah lagu sejuta umat, udah mendunia juga.

"Have I ever told you? I want you to the bone ..."

"HAVE I EVER CALLED YOU? WHEN YOU ARE ALL ALONEEEEE."

Jean fasih dan kenceng banget teriaknya, lontarin lirik yang dia hafal di luar kepala barengan sama nyanyian Pamungkas─meskipun agak fales. Harap paham, dia nggak jago nyanyi soalnya.

"And if I ever forget ... to tell you what I feel."

Pas lirik selanjutnya, Jean sengaja arahin tatapannya ke Tian yang masih fokus lihatin Pamungkas, "Listen to me now, babe ... I want you to the bone."

Buset, itu nyanyi atau curhat? Ya, inilah yang dinamakan sambil menyelam, minum air. Jean ngerasa semuanya pas. Pas banget dia bisa nonton konser Pamungkas di waktu yang pas, dengerin lagu yang pas, dan dengan orang yang pas.

He couldn't be more grateful than he is right now.

Tian gimana? Dia masih setia pelongin Pamungkas, sambil gumamin lirik-lirik lagu yang dia hafal di luar kepala juga. Dia nggak ekstrem kayak Jean yang teriak-teriak, dia lebih suka gumam-gumamin aja supaya bisa nangkep suara penyanyi aslinya secara lebih jelas, nggak kebanting sama suaranya sendiri.

"I want you take me home, I'm fallin' ... love me long, I'm rollin' ..."

"LOSING CONTROOOOL, MY BODY AND SOUUUUL, MIND TOO FOR SURE I'M ALREADY YOURSSSSS!!!"

Ngerasa ke-distract sama teriakan Jean yang kencengnya di luar nalar, Tian akhirnya noleh ke sebelah. Dia ketawa, nggak kenceng-kenceng amat, sih, tapi lumayan buat bikin Jean ngejeda agenda histerisnya.

"Kenapa ketawa?!" Jean agak ngebentak, bukan karena apa-apa, supaya kedengeran aja sama lawan bicara.

"Hahahahahaha, kenceng amat teriakan lu!"

"Ya, namanya juga nge-hype!"

"Iya, iyaaa! Lanjutin sono!"

Akhirnya, keduanya balik lagi fokus ke penampilan. Udah mau masuk bridge, ini bagian sakral buat Jean, dia harus menghayati.

"Of all the ones that begged to stay, I'm still longing for you ..."

"Of all the ones that cried their way, I'm still waiting on you ..."

Jean alihin pandangannya lagi, mau lihatin Tian yang kelihatan sempurna, bahkan dari samping.

"Maybe we seek for something that we couldn't ever have. Maybe we choose the only love we know we won't accept."

Tian ngeh kalau Jean lagi pelongin dia. Hal itu buat dia refleks arahin tatapannya ke kakak tingkatnya yang masih bersenandung itu, bikin mereka berdua saling tenggelam dalam manik satu sama lain.

"Or maybe we're taking all the risks for something that is real ..."

"'Cause maybe the greatest love of all, is who the eyes can't see."

Jean mau ngumpat. Dia kesel banget sama liriknya yang bisa ngegambarin keadaannya segamblang itu. Rasa sayang yang dalam dibalut sama keputusasaan itu yang lagi Jean rasain ke Tian walaupun dia masih belum seratus persen peka soal perasaannya sendiri. He wants Tian to the bone. Dia tahu kalau jalannya belum tentu bakalan mulus, tapi dia tetep mau ambil segala risiko itu.

Berbeda dengan Jean, Tian malah senyum. Bukan soal desperasi yang dia rasain, tapi nyaman. Iya, dia nggak masalah dengan fakta bahwa Jean barusan tatap dia lekat-lekat sambil gumamin lirik lagu yang penuh makna itu. Malahan, dia nyaman. Nggak tahu apa penyebabnya, tapi Tian sekarang jadi nggak ngelihat ada yang salah dari Jean, everything is all good and Jean makes him more comfortable than ever.

Sebuah perkembangan yang pesat untuk keduanya, baik secara hubungan maupun perasaan. Thanks to Pamungkas.

Edit
Pub: 11 Feb 2022 18:34 UTC
Edit: 12 Feb 2022 06:39 UTC
Views: 2977