KATING ANEH: EMPAT PULUH.
️️ ️️
️️ ️️
Kelas baru selesai, mahasiswa-mahasiswi yang semula lagi duduk manis di bangku-bangku kelas, kini berhamburan untuk keluar ruangan. Nggak terkecuali, Jean, dia udah lebih dahulu keluar karena tempat duduknya tadi lumayan dekat dengan pintu. Nggak langsung ngacir ke mana-mana, dia bergeming di depan pintu kelas, cuma terpatri beberapa jarak aja supaya nggak ngehalangin jalur lewat bagi kawan-kawan sekelasnya yang lain.

Sengaja, dia mau nungguin Malik dulu. Misinya udah resmi dimulai. Tepat setelah dia kirim chat ke Tian, Malik muncul dan melesat di hadapannya, langsung lewat gitu aja. Karena nggak mau kehilangan jejak, Jean gesit mulai bergerak. Langkah dicipta untuk buntutin Malik, tapi dibuat nggak tergesa-gesa supaya nggak timbulin kecurigaan.

Lagi asyik nyusurin koridor kampus, tiba-tiba Tian udah nyamperin Jean dan ikut meringsut tepat di sampingnya. Jean spontan noleh, sebelum dia lemparin senyuman ke gebetannya itu secara cuma-cuma.

"Apa senyum-senyum?" Tian malah bingung, soalnya nggak ada angin nggak ada hujan, dia malah dapat senyuman kayak begitu.

"Gapapa, gua sayang lu."

Anjir, Tian wasn't prepared for that. Otomatis langsung salting, pipinya mendadak jadi merah, salah satu hal yang kentara kalau dia lagi malu dan semacamnya. Lagian, sempat-sempatnya Jean ngalus kayak begitu di tengah-tengah mereka lagi laksanain misi ini?

"Suuut, diem," Tian buru-buru menyudahi konversasi itu dan arahin pandangan ke Malik yang masih bergegas, "itu kayaknya dia mau masuk mobil, tuh."

Jean lekatin tatapannya, menelaah tiap-tiap pergerakan yang dibuat sama Malik. Betul kata Tian, cowok itu baru merangsek masuk ke dalam mobilnya dan mulai gerak untuk ninggalin parkiran.

"Chat Dera, Ti," titah dari Jean dibalas anggukan patuh, Tian langsung fokus sama ponselnya sendiri. Mereka berdua udah nggak ngikutin Malik, tapi udah putar haluan untuk ke motor Jean yang terparkir nggak jauh dari situ.

Pakai helm udah selesai, nyalain mesin juga udah dilakuin. Sekarang, keduanya udah terduduk di atas jok motor Jean. Si pemilik motor lekas tancap gas, ninggalin area kampus juga, sedangkan Tian sibuk nempelin layar ponselnya ke daun telinga.

"Halo, Der?"

"Ti, gua udah berhasil masuk e-mail-nya. Aman."

"Mantap! Ya udah, terus udah ketauan belum dia ke mana?"

"Masih di Jalan Mahmud, Ti. Tapi gua belum tau tujuannya ke mana."

"Je! Jalan Mahmud, tapi belum tau tujuannya ke mana!" Tian sedikit berteriak waktu operin informasi itu ke Jean, maklum, orang-orang suka mendadak jadi budek kalau lagi di motor.

"Oke! Suruh Dera pantau terus sampe kita udah deket!" Jean juga ikutan berteriak, sambil sepintas noleh ke belakang, sebelum pacu kecepatan motornya supaya bisa lebih cepat sampai.

"Der, pantau terus, ya. At least, sampe gua sama Jean udah deket aja."

"Iya, paham. Ini sekarang dia udah di Jalan Mawar, lu tau nggak kira-kira dia ke mana?"

Tian mulai libatin otaknya untuk ikut serta ambil peran. Sedikit-banyak, dia nggak asing sama rute jalan yang ditempuh Malik karena ...

"Oh, anjir! Gua tau, dia mau ke rumahnya."

"Jalan Anyelir, ya?"

"Iya, Der."

"Udah nyampe dia. Ini titiknya berhenti di situ."

"Oke," Tian refleks toel-toel pundak Jean, bikin cowok itu sekilas noleh lagi, "Malik ke rumahnya, udah nyampe. Jalan Anyelir 18B, Je!"

"Ya, oke! Bilangin Dera tahan dulu bentar, dikit lagi nyampe."

"Iya!" Tian ngerasa posisinya sekarang kayak lagi jadi tukang pos, tapi nggak masalah karena kerjaannya nggak banyak juga, "Der, tahan dulu. Bentar lagi kita nyampe."

"Yoi, buruan tapi. Ini si Malik takutnya ngeh kalau e-mail-nya di-log in device lain."

"Iya iya, ini udah di Jalan Melati, kok."

Jalan Melati itu jalan utama di komplek perumahan Gardenia, tempat di mana rumah Malik berada. Harusnya, tinggal lima belas menit lagi waktu yang bakalan raup untuk sampai ke tujuan.

"Ti, suruh Dera cabut sekarang aja!"

Dapat aba-aba dari Jean, Tian tentunya nurut aja, "Der, log out aja. Ini udah deket."

"Oke, gua log out, ya."

"Thanks, Der. Nanti gua traktir lu."

"Iye iye, good luck."

Sambungan telepon terputus, Tian langsung selipin ponselnya ke dalam saku jaket. Habis itu, kepalanya dongak, diarahin ke depan untuk lihat jalan sekaligus suasana sekitar yang agak familier untuknya. Sehela napas dicampaknya kemudian, dia berharap semoga misi ini bisa tuntas tanpa ada hambatan.

Edit
Pub: 22 Feb 2022 08:38 UTC
Edit: 22 Feb 2022 09:02 UTC
Views: 3583