KATING ANEH: EMPAT PULUH SATU.
️️ ️️
️️ ️️
Jean dan Tian ada di depan rumah Malik. Nggak persis, posisi mereka agak ke kiri, jadi lebih dekat ke rumah tetangga Malik. Udah pasti, mereka nggak mau kelihatan lagi mata-matain atau ngintip, jadi harus jaga jarak supaya aman.

"Je, gua nggak bisa lihat," Tian sampaiin keluhannya itu dalam setengah berbisik. Mengingat posisinya ada di belakang, aksesnya untuk lihat ke rumah Malik lebih nggak leluasa, kehalang sama badan Jean.

"Sabar, bentar," Jean menanggapi cepat, "belum ada apa-apa, si Malik masih di dalem."

Tian manyun begitu denger informasi itu. Will this be working, or not at all? Dia jadi skeptis sama keputusan dia untuk biarin Jean ngejalanin misi ini. Masalahnya, mereka udah ada di situ sejak setengah jam yang lalu dan belum tampak batang hidung Malik dan Keara sama sekali.

Alhasil, Tian milih untuk nyenderin kepalanya ke punggung Jean aja, sambil merenung, kira-kira nanti dia harus kerjain tugas mata kuliah apa dulu begitu pulang ke kosan. Soalnya, demi misi ini, dia tunda semua tugasnya yang kebetulan udah numpuk.

"Ti, Ti, itu Malik, Ti."

Tuturan itu lekas dorong Tian untuk betulin posisi, dia dongakkin kepalanya lagi dan arahin pandangan intens ke teras rumah Malik. Walaupun samar-samar, dia bisa lihat sosok mantannya itu lagi berdiri di sana dan fortunately, nggak sendirian, tapi sama seorang cewek yang dia tahu betul itu adalah Keara.

"Nice," Tian senyum puas, dia seneng banget karena bisa pergokkin cowok brengsek itu secara langsung, "foto, Je, cepetan."

Tanpa ba-bi-bu, Jean langsung keluarin ponselnya dan buka fitur kamera. Ponselnya diangkat dan diarahin untuk ambil satu-dua foto Malik dan Keara yang lagi pegangan tangan sambil ngobrol.

Nggak sampai situ doang ternyata, pasangan serasi itu tiba-tiba udah ciuman aja, di depan teras yang keekspos dan bisa dilihat siapapun yang lewat. Jean sama Tian takjub, dua orang itu sebenernya punya semacam exhibitionist kink atau gimana? Ya, apapun itu, yang penting Jean nggak mau lengah dan kelewatan kesempatan, dia langsung potret momen itu secepat kilat.

"Udah," Jean kasih informasi singkat, sambil simpan ponselnya lagi, "mereka kayaknya mau pergi, Ti."

"Iya, bener."

Pagar rumah yang berwarna putih itu udah didorong jadi terbuka lebar. Malik kayaknya mau ngeluarin mobil yang awalnya terparkir, sedangkan Keara udah meringsut keluar lebih dahulu, berdiri di depan pagar sambil nunggu Malik selesai dengan kegiatannya.

Ini momen yang tepat. Tian cepat-cepat buka helm yang membungkus kepalanya, sambil dia turun dari jok motor. Langkahnya cekatan dan tegas, dia nyamperin Keara yang lagi asyik sama ponselnya sendiri.

"Hai, Keara, ya?"

Sok akrab, sok kenal. Bodo amat, Tian nggak punya malu sekarang. Dia ajak aja Keara ngobrol, bikin lawan bicaranya itu dongakkin kepala dan lekatin tatapan ke dia. Rautnya udah bingung, kayak lagi mikir gitu.

"Iya ... siapa, ya?"

"Sorry for interrupting and things, tapi ada yang perlu gua kasih tau ke lu dan ini penting banget."

"TIAN!"

Baru aja kelar basa-basi, ujaran Tian disela sama sahutan dari Malik yang manggil nama dia kenceng-kenceng. Pintu mobil mewah itu dibanting, pemiliknya udah nyamperin Tian dengan menggebu-gebu, kelihatan dari cara jalan dan air muka yang kelihatan nggak suka sama kehadiran Tian di situ.

"Kamu ngapain ke sini, Ti?!"

Pertanyaan dari Malik itu sukses bikin Keara makin bingung. Kerutan sepintas lewat di dahinya, dia nggak paham sama situasi yang lagi terjadi di depan matanya.

"Babe, kamu kenal dia? Siapa?"

Malik mulai pusing. Dia puter otak untuk jawab segala rasa penasaran yang pacarnya miliki sekarang. Telapak tangannya udah usap kasar wajahnya sendiri, sambil napas dihela berat.

"Dia adek tingkat aku, Key─"

"Keara, please, listen to me," Tian buru-buru motong semua frasa yang melesat dari bibir Malik, nggak mau cowok itu nyerobot kesempatannya.

"Gua mantannya Kak Malik. Dia selingkuh, he cheated on you for almost one month, dan gua selingkuhannya."

"TIAN, BRENGSEK!" emosi Malik udah sampai di ubun-ubun, dia murka. Pengen banget nonjok cowok yang pernah disukanya itu, tapi dia nggak bisa. Kalau dia nonjok, terus malah ditonjok balik, bisa berabe karena dia noob soal berantem.

"DIEM!" Tian balas ngebentak, sambil lemparin tatapan nyalang ke arah Malik, "fucking shut up, Kak! Pacar lu harus tau soal ini."

Di tengah segala keributan yang berlangsung, Keara cuma bisa bungkam seribu bahasa. Kaget bukan main, dia sampai ngerasa kesulitan untuk rangkai kata-kata. Sebagian besar dari lubuknya percaya sama Malik, dia denial kalau pacarnya itu selingkuhin dia. Tapi sebagian kecilnya ngerasa janggal, kalau memang Malik nggak selingkuh, kenapa dia harus sepanik ini?

"Key ... Key, look at me," Malik lekas genggam kedua tangan milik Keara, sambil kasih tatapan yang isinya melas, memohon, meminta. Sebagai seseorang yang pernah digituin juga, Tian ngerasa geli banget, dia pengen muntah lihatnya.

"Key ... please, ini orang ngaco aja. Dia nge-prank doang, kok."

"Gua ada buktinya. Mau lihat?"

Malik mau sumpah serapah, tapi dia telan semuanya. Ada Keara di hadapan, dia nggak mau imejnya jadi rusak di depan pacarnya itu. Sementara itu, Keara mulai tergugah. Rasa penasarannya udah membuncah dan dia mau pastiin kalau memang si kesayangannya itu nggak jahatin dia.

"Mana...?" meskipun ragu-ragu, Keara lepasin genggaman jari-jemari Malik di sekitar tangannya, dia noleh ke arah Tian, "boleh lihat buktinya?"

"Key─"

"Sebentar, Malik. Please, aku cuma mau lihat aja."

Dapat bantahan kayak gitu dari Keara, frustrasi seketika melanda diri Malik. Dia udah pengen ngumpat, misuh, sambat, pokoknya dia emosi nggak ketaker. His life is way too perfect to be ruined, dia benci kalau ada yang interupsi kebahagiaan dia. Semua hal yang lagi dia jalanin harus sesuai sama kehendaknya, tapi sekarang, Tian malah bawa malapetaka secara tiba-tiba tanpa dia siap untuk itu.

Di sisi lain, Tian udah utak-atik ponselnya. Dia ngebuka iMessage-nya, nunjukkin semua chat lama dia sama Malik tepat di depan mata Keara.

"Ini chat-nya. Kita udah pacaran pas ini," kayak lagi presentasi, Tian santai aja paparin semua itu, "ini tweet kita juga. Your boyfriend was so lovely to pick me up everyday."

"Key, itu palsu! Kamu jangan percaya gituan, dong, itu mah bisa diedit sekarang juga, jadi fake chat."

"Sampe akhirnya, beberapa minggu lalu, Kak Malik udah nggak pernah luangin waktu buat gua. Probably because he was paying all his attention for you."

"Keara, please, don't believe him! Itu palsu!"

"Palsu gimana, sih?" Keara menyergah, dia sanggah semua alibi Malik sambil pandangin cowok itu. Maniknya berkaca-kaca, hatinya nyeri luar biasa. Setetes air mata terjun bebas, dia nangis saat itu juga. Mau nggak percaya sama semua yang dia lihat, tapi dia tahu kalau itu benar adanya.

"Palsu gimana, aku tanya?! It's your contact, your iMessage, it's you. Kok masih bisa bilang itu palsu, sih?"

Malik empasin napas berat-berat, sampai kedengeran derunya, "Key, bisa aja 'kan he made up the contact, terus pake foto yang sama kayak kontak aku? Kok kamu jadi gampang percaya gini sama orang lain? Aku pacarmu, udah dua tahun, Key!"

"Indeed, kamu pacarku udah dua tahun, makanya aku bisa hafal nomor kamu. It's written there, nomor kamu, Lik."

Semua pembelaan diri Malik sia-sia. Dia cuma bikin dirinya sendiri kelihatan kayak orang goblok yang manipulatif dan berusaha untuk ngehindar dari kesalahannya sendiri. Nihil yang bisa dituturin untuk nyanggah kebenaran itu. Keara juga udah percaya seratus persen sama apa yang dia lihat karena Tian ngasih tahu semuanya secara rinci dan faktual.

"Key, I'm so sorry, I─"

"You fucking liar. Don't come near me."

Bersamaan dengan itu, Keara pergi. Dia lari ngejauhin rumah Malik, ninggalin cowok itu berduaan sama Tian doang. Keara nggak punya arah dan tujuan, dia cuma mau ngejauh dulu dari situ, nggak pengen lihat muka pacarnya yang ternyata brengsek itu.

"ARGH, BANGSAT!"

Malik akhirnya luapin semua amarahnya, sambil ninju kap mobilnya sendiri. Karena sakit, dia langsung diem sambil usap tangannya sendiri. Memang bego banget, tapi ya udah. Intinya, dia sekarang mumet bukan main, nggak tahu mesti pakai cara apa supaya Keara bisa balik sama dia.

"Ini semua gara-gara lu, Ti! Brengsek, asu, jancok, lu kayak tai, tau nggak?!"

Dihadiahin segala macam umpatan itu, Tian malah ketawa. Malik kayak orang sakit jiwa sekarang, well, that's what he got after playing with anyone's heart, totally deserved.

"Iya, Kak. Lu bebas mau ngumpat gimana aja, gua nggak peduli. Yang penting sekarang lu udah dapet pelajarannya."

Sehela napas dicampak oleh Tian, dia masukkin lagi ponselnya ke saku, sebelum ambil ancang-ancang buat cabut.

"Go for her kalau lu masih sayang dia, jangan disia-siain lagi. Tapi kalau udah nggak sayang, mending diputusin aja daripada diselingkuhin."

Kelar kasih satu wejangan kayak gitu, Tian beneran jalan cepat buat nyamperin Jean yang setia duduk di atas motor, nungguin sekaligus nyaksiin peristiwa yang barusan terjadi. Tanpa ba-bi-bu, mereka langsung putar balik dan tancap gas, ninggalin Malik yang sebatang kara, lihatin kepergian mereka dengan segala badai yang singgah di dalam kepala.

Edit
Pub: 22 Feb 2022 09:23 UTC
Edit: 22 Feb 2022 11:24 UTC
Views: 3833