KATING ANEH: DUA PULUH SEMBILAN.
️️ ️️
️️ ️️
Dada bergemuruh, perasaan berkecamuk. Tian sekarang udah ada di rumah Dera, tepatnya, dia lagi duduk di ruang tengah sambil ngehadap ke laptop Dera yang layarnya udah benderang. Jantungnya nggak bisa kalem dikit, dari tadi degupnya kenceng banget. Antara takut, cemas, penasaran, semua itu bercampur aduk, bikin Tian mual.

Dera lagi benerin tata letak kacamata di batang hidungnya yang bangir, itu artinya dia lagi memasuki mode serius. Diliriknya sekilas sosok sohibnya yang lagi pasang tampang tegang bin kaku, berasa lagi nunggu hasil ujian keluar. Well, ini hitungannya ujian hidup, sih.

"Udah siap belum lu?" akhirnya, Dera putusin untuk tanya dulu, bener-bener mau pastiin kalau Tian siap mental. Cuma dibalas anggukan, Dera nggak akan nanya dua kali, dia asumsiin kalau cowok di sampingnya udah siap dengan segala informasi yang bakal diterimanya.

"Oke. Jadi, selama tiga hari ini, gua udah ngumpulin beberapa bukti nyata kalau ternyata Malik itu selingkuh─oh, nggak, dia jadiin lu selingkuhan."

"Hah...?"

Tian nggak bisa nggak kaget. Gila apa, ya? Dia dijadiin selingkuhan katanya? Matanya udah berkaca-kaca, udah ambil ancang-ancang buat terjunin air mata. Dera sigap, dia buru-buru ambil sekotak tisu yang masih penuh dan taruh itu tepat di hadapan sang karibnya.

"Denger gua dulu, ya, Ti? This will be long, lu kalau mau nangis, nangis aja."

Nganggukin kepala, Tian sepakat sama pinta yang Dera ajuin, dia bakalan nyimak apapun penjabaran yang sohibnya bakal presentasiin sekarang. Dengan satu tarikan napas, Dera mulai cuap-cuap tentang hasil temuannya.

"Ini orangnya, this girl. Namanya Keara, Key yang waktu itu lu bilang mungkin salah satu nama panggilannya. Dia sama Malik satu sekolah, satu kelas," jeda sebentar, satu foto diklik supaya bisa kebuka dan terpampang jelas, "ini foto mereka buat buku angkatan, terus ini foto mereka waktu farewell party sekolah, mereka jadi the king and the queen of the night waktu itu."

"Fuck, she's pretty," itulah komentar refleks yang Tian agih, bukannya malah sakit hati atau nangis duluan. Masalahnya, pacar Malik itu bener-bener cantik. Dia jadi heran kenapa Malik bisa-bisanya selingkuhin Keara, apa lagi selingkuhinnya sama orang kayak dia.

"Indeed. Selain cantik, dia pinter. Kuliahnya di Stanford, jadi Malik sama Keara ini LDR. Mungkin itu juga alasan kenapa Malik bisa selingkuh, entah bosen, entah kurang belaian, entah emang brengsek aja."

Tian lagi-lagi ngangguk. Apa yang dikemukakan Dera itu masuk akal, bisa aja Malik bukan tipikal orang yang bisa LDR, makanya dia milih untuk selingkuh. Well, di antara segala pikiran yang melintas di otaknya, Tian nggak bisa nangis, padahal dia udah berkaca-kaca tadi. Air matanya kayak ngeganjel gitu di pelupuk, alhasil, dia cuma bisa srosot ingus yang terlanjur kebendung di dalam hidungnya aja.

"Tapi btw, Keara ini suka balik ke Jakarta tiap liburan musim panas sama semester. Bulan ini udah masuk liburan musim panas di sana, mungkin aja Keara sekarang ada di Indo."

"Yang artinya, bisa jadi salah satu alasan kenapa Malik jadi suka ilang-ilangan."

"Betul sekali, kawan," Dera acungin jempol di hadapan Tian, sebelum lanjut ngomong, "naaah, lu pasti bertanya-tanya, 'kan, gua tau dari mana kalau mereka pacaran? Sorry banget gua pamer, tapi lu harus tau kalau temen lu ini pinter banget."

Satu tampolan nyamperin pipi Dera, greget sama kelakuan itu orang. Masa temennya lagi penasaran setengah mampus, dia malah sempet-sempetnya narsis?

"Aduh! Ampun, ampun," Dera panik sendiri. Tampolan Tian, sih, nggak seberapa, tapi hawanya itu ... serem banget kayak emak-emak kosan. Okelah, dia nggak boleh banyak bercanda sekarang.

"Oke, jadi gua pertama-tama stalk IG mereka berdua. Di tanggal yang sama dan jam yang hampir deketan, mereka tuh kayak bikin lovestagram gitu. Post mereka nggak saling tag, cuma saling like aja. Tapi jelas-jelas itu lovestagram karena vibes-nya sama, tempatnya sama, dan lain-lainnya sama. Gua juga nemu kalau di foto Malik yang ini, ada kamera yang sering banget dipakai sama Keara, probably punya Keara."

"Gua rasa Malik ini tipikal yang main lowkey kalau pacaran. Dia bukan yang suka umbar-umbar kemesraan di sosmed, apa lagi pake caption-caption cringe, alay, romantis gitu. Iya, nggak?"

"Iya," Tian menyetujui. Memang betul, Malik itu bukan tipikal yang sering pacaran di publik. Dia jarang nge-post foto Tian, cuma beberapa kali aja. Dia juga jarang nge-retweet atau quote tweet Tian yang lagi bucinin dia, paling juga seringnya reply doang. Atas penjelasan Dera itu, Tian jadi sadar satu hal juga, kalau ...

"Jadi ini, ya, alasan dia nggak pernah post muka gua di IG?"

Iya, Malik selama ini post foto Tian cuma di Twitter aja, nggak pernah lintas sosial media yang lainnya. Mereka memang saling ikutin akun Instagram masing-masing, Tian juga tahu kalau Malik punya post foto-foto yang barusan Dera tampilin. Cuma mana mungkin dia duga kalau itu ternyata bagian dari aksi bucin Malik ke Keara?

Dera mau nggak mau ngangguk untuk jawab pertanyaan yang dia denger, "Bisa lu asumsiin kayak gitu, atau mungkin emang bener. Soalnya Keara ini nggak punya Twitter."

"Buset, ada ya orang jaman sekarang nggak punya Twitter."

"Gua juga agak nggak nyangka. Ni orang berarti main IG doang kalau mau cari hiburan, jir."

Nah, 'kan. Mereka sekarang jadi gibahin Keara. Dera yang nyadar kalau obrolan ini udah mulai out of the topic, buru-buru alihin isu dan balik ke permasalahan utama yang belum selesai dibahas.

"Tar, gua lanjut dulu. Nah, setelah gua lihat ada lovestagram mereka, gua akhirnya cari tau lebih lanjut dengan cara nge-hack. Aduh, gua berasa kriminal banget, tapi demi lu, nih."

"Awwwww, love you, Der," Tian udah nempelin Dera, meluk sohibnya itu dengan cara yang agak lebay, bikin Dera buru-buru lolosin diri dari belenggu itu.

"Tai, geli!" balik serius lagi, dia klik kiri mouse yang lagi digenggamnya, "nih, jadi gua awalnya masuk ke e-mail kampusnya, terus ternyata kehubung sama e-mail dia yang lainnya. Ada satu e-mail yang ternyata dipakai sama dia buat dijadiin akun bucin di IG."

"Dih, dia punya akun bucin juga? Najis, geli."

"Najis geli atau najis cemburu?"

Tian nampol Dera untuk yang kedua kalinya. Ya, dia cemburu. Itu nggak usah ditanya. Tapi dia geli juga, soalnya dia baru tahu kalau Malik bisa alay gitu, masa pacaran aja ada akun bucin segala?

"ADUH, stop siksa gua!"

Dera nggak segan buat nyerang balik sekarang, ngasih tamparan pelan di lengan atas milik sohibnya itu. Dihelanya napas pelan, berusaha kendaliin dirinya sendiri dan balik ke mood serius kayak beberapa sekon yang lalu.

"Ini akun bucinnya. Gua bisa masuk juga ke dalam sini dengan metode forgot password, gua stalk isinya dan screenshot semua, habis itu gua balikin lagi password-nya ke password asal dan gua delete e-mail dari IG buat konfirmasi forgot password itu untuk hilangin jejak. Keren nggak?"

"Keren banget, sumpah ... lu nggak mau jadi agen FBI aja?"

"Pengennya sih gitu," Dera garuk-garuk dagu sambil ngomong kayak gitu, "tapi doain aja dulu."

"Amin."

"Amin. Nah, lanjut. Ini isi akun bucinnya, mereka udah jadian dua tahunan, dari kelas dua belas dan sampai sekarang. Ya gitulah, gua males jelasin lebih lanjutnya. Lu lihat sendiri aja secara rinci, udah gua screenshot. Ini gua masukin flashdisk, lu bawa aja."

Sumpah, nerima kenyataan-kenyataan mencengangkan kayak gini nggak mempan buat bikin Tian nangis. Nggak tahu kebal atau mati rasa, dia udah nggak bisa keluarin air mata saking sedihnya. Ketimbang sedihpun, rasa kecewa dan marahnya yang lebih dominan. Dia sekarang cuma pengen banget lempar semua bukti ini tepat ke muka Malik, teriakin dia sebagai tukang selingkuh, dan misuh selantang-lantangnya.

"Gua mau kasih semua bukti ini ke Malik."

"Nah, ini. Jangan, Ti."

Larangan yang Dera kasih bikin Tian berkerut dahi, "Why not?"

"Gua tau banget, lu pasti pengen nunjukkin ini semua ke dia dan langsung mutusin dia. But remember, Ti, gua habis ngelakuin hal kriminal. Dia bisa lapor ke polisi karena gua udah hack akun dia dan ganggu privasi dia. Apa lagi, lingkaran dia itu banyak orang hukum dan pengacara. Sepupunya, omnya, itu pengacara-pengacara yang lumayan terkenal."

Shit. Masalahnya ternyata seserius ini. Tian yang cetek soal hukum dan segala tetek-bengeknya cuma bisa cerna baik-baik apa yang diwanti-wanti sama Dera. Of course, sohibnya itu seratus persen bener. Kalau langsung nyodorin semua bukti ini ke Malik, yang ada mereka malah bunuh diri.

"Terus gimana, dong ... gua nggak mau pacaran terus sama dia. Kasihan Keara, gua juga bukan orang yang demen dijadiin selingkuhan."

Dera nyeruput air mineralnya dulu, haus habis presentasi panjang. Habis itu, dia berupaya untuk tenangin Tian dengan segala gelagat kalem dan solusi cerdasnya.

"Ada satu solusi, sih ... lu bisa putusin Malik, tapi jangan bawa-bawa soal selingkuh. Cari alasan lain."

Tian merenung, merenung, dan merenung. Dia diem lama banget, sambil cengo. Benaknya sibuk muter-muter, utak-atik, mencoba cari suatu alasan yang sekiranya bisa dia pakai buat confront Malik dan putusin cowok brengsek itu.

"Well ... okay. Kayaknya gua harus pakai alasan kalau dia ghosting gua?"

Dera manggut-manggut. Menurutnya, itu lebih baik daripada harus buka kartu soal perselingkuhan Malik. Meskipun nanti Tian kemungkinan bakal dibilang egois dan nggak pengertian, yang terpenting adalah Tian harus lepas dulu dari pacarnya. Hal-hal semacam itu udah jadi efek samping dan konsekuensi yang harus diterima, at least, it won't harm Tian that much.

"Iya, gitu aja. Pokoknya lu jangan blow up soal Malik selingkuh, keep it by yourself dan orang-orang terdekat yang lu percayain aja. Yang penting, lu kelarin dulu hubungan lu sama Malik. Empet gua lihat temen gua dijadiin selingkuhan."

Manyun lucu, Tian malah baru pengen nangis sekarang. Dia terharu karena bisa punya sohib sebaik Dera. Soal fakta dia dijadiin selingkuhan ... yah, bakalan jadi dusta kalau misalnya dia bilang hatinya nggak luka, tapi dia sedikit-banyak lega karena bisa tahu fakta ini.

Lagian, Keara itu cantik banget, dia ngerasa nggak mampu bersaing sama cewek itu kalaupun dia tetep maksa jalin hubungan sama Malik. She's like Heather, a total goddess, or anything else that describes beauty. He's nothing to be compared to her.

Tian udah bersikeras, keputusannya udah bulat. Dia bakalan ajak Malik ketemuan besok─atau secepatnya, nunggu siap mental dulu─dan putusin hubungan mereka.

Edit
Pub: 15 Feb 2022 18:54 UTC
Edit: 16 Feb 2022 19:16 UTC
Views: 2572